Story About Coward Men
“Jadi lu mau CFD-an ga? siapa nih yang bawa motornya?” Ajak adek gw
“Okelah gw bawa motornya”. Jawab gw sambil sibuk mencari helm yanga akan digunakan.
“Kenapa pake bawa-bawa helm sih? Kan deket? Ga akan ada polisi juga.”
“Yah, biar aman aja. Kenapa harus ada polisi baru pake helm.”
“Huh, dasar penakut.”
Begitulah sekelumit percakapan yang biasa terjadi antara gw dan adek gw pas mau CFD-an. Sebenernya gw juga jarang naek motor dan skill motor w jauh dibawah Valentino Rossi atau pebalap lainnya. Tapi masa sih gitu aja dibilang penakut?
Gw juga bukan orang yang takut hantu. Kalo gw menolak untuk lewat jalan yang gelap dan sepi itu lebih karena khawatir ada begal daripada ketemu kuntilanak. (Alesan…)
Sebenernya sifat penakut itu ga jelek-jelek amat kok, dengan punya sifat seperti ini, gw biasanya lebih prepare tentang banyak hal dibanding orang yang so called pemberani. Kalo besok mau presentasi, sebelumnya latihan dulu, siapin naskah/slide presentasinya dulu. Mikir dulu yang akan diomongin apa aja. Gw juga suka, walaupun ga disuruh, bikin unit testing untuk kodingan yg gw bikin.
Kenapa sih, orang harus mengambil unnecessary risk untuk sesuatu hal yang kurang berfaedah?
Gw ceritain tentang salah dua inventor yang bukan cuma innovative, tapi penakut at the same times. Kenapa gw bilang salah dua? Karena mereka dua orang.
Tau nggak, kenapa bisa ada pesawat terbang? Karena ada dua orang penakut yang berhasil menerbangkan pesawat untuk pertama kalinya. Kalo tanpa orang penakut, mungkin ga akan ada pesawat terbang. Bahkan sampe sekarang, cara pesawat untuk terbang (dan mendarat) masih menggunakan landasan pacu yang panjangnya berkilo-kilo meter.
Semua itu berawal dari dua orang kakak beradik. Kakaknya bernama Wilbur dan adiknya yang 4 tahun lebih muda bernama Orville. Kedua orang itu yang sering kita panggil Wright Bersaudara, penemu pesawat terbang.
Si Orville dan Wilbur tadi terinspirasi dari Otto Lilienthal yang pernah berhasil menerbangkan glider tak bermesin. Walaupun Lilienthal bernasib tragis seperti para pendahulunya, idenya tentang bagaimana cara mengontrol pesawat di udara menjadi inspirasi kedua kakak beradik ini. Otto Lilienthal sendiri meninggal dunia setelah nyungsep (Bahasa kerennya, nose diving) dengan glidernya.
Problem yang terbesar dari pesawat, menurut Orville dan Wilbur adalah bagaimana cara mengendalikan pesawat di udara agar bisa landing dengan selamat. Dengan kata lain, bagaimana pesawat turun lebih penting daripada bagaimana pesawat dapat terbang. Sebab, percuma bisa terbang kalau ga bisa turun.
Oleh sebab itu, tidak seperti pendahulunya yang melakukan percobaan di atas bukit, di pinggir jurang atau dari pohon yang tinggi. Mereka mengadakan percobaan di padang rumput landai yang luas yang dinamakan Kitty Hawk. Nah, sekarang tau khan kenapa bandara landasan pacunya dibikin panjang, bukan langsung loncat atas bukit?
Percobaan-percobaannya pun bertahap sedikit demi sedikit. Sebelum pesawatnya dikasih mesin, mereka mencoba glider yang tidak bermesin. Mereka berusaha mencari cara untuk dapat mengontrol glider tersebut dahulu sebelum diberi mesin. Penerbangan mereka yang pertama “cuma” berlangsung 12 detik dengan ketinggian 3 meter dari permukaan tanah. Ngapain terbang cuma 12 detik? Tapi lumayan lah, yang penting turunnya selamet.
Setelah bertahun-tahun eksperimen, barulah mereka bisa membuat pesawat terbang yang layak untuk disebut pesawat terbang. Dan akhirnya mereka bisa melakukan penerbangan bersama. Sebelumnya mereka tidak pernah terbang bersama untuk menghindari kecelakaan. Mereka pernah berjanji jika salah satu dari mereka kecelakaan fatal, yang lainnya akan melanjutkan eksperiment.
Jadi gimana? Setelah membaca cerita di atas, tertarik untuk masuk klub orang penakut? Hahaha.
Intinya bukan itu sih, Yang terpenting adalah seperti yang dikatakan CrazyRussianHacker di channel yutubnya: safety is number one priority. Better save than sorry. Berani mencoba saja tidak cukup, tapi berani mencoba berulang-ulang, itu lah kuncinya. Untuk bisa mencoba berulang-ulang, diperlukan planning yang baik dan pastikan resiko kegagalannya masih bisa ditolerir.